Dengan ukuran rumah 5x3 yang didalamnya terdapat satu kasur lawas untuk kami tidur bersama di atasnya. Cuma ada satu kursi dan satu meja di gubuk sederhana ini, tidak ada televisi atau media teknologi canggih lainnya. *** Sinar mentari terlihat meredup, tenggelam meninggalkan kegelapan. Mamak ternyata sudah pulang bareng sama adekku, bapak juga sudah pulang, malahan bapak sudah mandi di sumur dekat rumah. Konon katanya sumur itu pernah di pakai oleh bidadari untuk mandi karna bau airnya yang harum, katanyaa. Namun aku tak percaya, perasaan sumur itu biasa-biasa saja, baunya juga biasa biasa saja, tapi warga sekitar yang sering lewat sumur itu pasti meraupi mukanya menggunakan air sumur itu, katanya sih biar awet muda. Tapi bapakku yang setiap hari mandi di situ biasa-biasa saja, diwajahnya tetap terlihat guratan-guratan lelah, kecapean, bahkan sudah mulai keriput menua. ***
panggil saja aku boy, perawakan suku jawa yang berkulit sawo matang, dan bertubuh tinggi besar. Badanku gagah layaknya bodyguard. Dengan kumis tipis dan jenggot brewok merata di daguku. Rambut sedikit kriting dan panjang, setelan sangar layaknya preman. Siapa yang berani denganku. Apalagi dengan ototku yang sekeras batu bata. Umurku 20 tahun. Aku lahir dan besar di kampung. Kampungku jauh dari kota. tepatnya sidokarya namanya. kampungku ini dekat sekali dengan pantai. hanya dipisahkan oleh sawah dan tambak ikan. Sebagian masyarakat kampung bekerja sebagai nelayan, sebagian petani dan sebagian kecil bekerja serabutan, seperti aku ini contohnya. Apapun pekerjaan yang penting halal dan menghasilkan akan aku kerjakan dengan iklhas dan cekatan. Aku pemuda yang ambisius, pokoknya semua yang aku inginkan harus aku usahakan benar agar tercapai. aku tak peduli sesulit apapun itu. yang terpenting, kepuasan hati yang aku dapatkan. aku punya cita cita yang mungkin menurut orang orang hanya om